BAB 1
PENDAHULUAN
1.
LATAR BELAKANG
Menurut
asal katanya, kata “globalisasi” diambil dari kata global, yang maknanya
ialah universal.Lalu
arti Globalisasi adalah proses integrasi internasional yang terjadi karena
pertukaran pandangan dunia, produk, pemikiran, dan aspek-aspek kebudayaan
lainnya. Kemajuan infrastruktur transportasi dan telekomunikasi, termasuk kemunculan telegraf dan Internet,
merupakan faktor utama dalam globalisasi yang semakin mendorong saling
ketergantungan (interdependensi) aktivitas ekonomi dan budaya. Arti Globalisasi
juga adalah suatu proses yang mendunia, tidak kenal batas ruang dan waktu.
Proses globalisasi berlangsung melalui 2 dimensi, yaitu dimensi ruang dan
waktu. Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan seperti bidang
ideologi, politik, ekonomi, dan terutama pada bidang pendidikan. Teknologi
informasi dan komunikasi adalah faktor pendukung utama dalam globalisasi.
Teknologi informasi dan komunikasi berkembang pesat dengan berbagai bentuk dan
kepentingan dapat tersebar luas ke seluruh dunia. Oleh karena itu globalisasi
tidak dapat dihindari kehadirannya, terutama dalam bidang pendidikan.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang disertai dengan semakin cepatnya arus globalisasi dunia membawa dampak
tersendiri bagi dunia pendidikan. Banyak sekolah di indonesia mulai melakukan
globalisasi dalam sistem pendidikan internal sekolah. Hal ini terlihat pada
sekolah – sekolah yang dikenal dengan billingual school, dengan diterapkannya
bahasa asing seperti bahasa Inggris dan bahasa Mandarin sebagai mata ajar wajib
sekolah. Selain itu berbagai jenjang pendidikan mulai dari sekolah menengah
hingga perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang membuka program kelas
internasional.
Salah
satu dari globalisasi pendidikan yang dipadukan dengan kekayaan budaya
bangsa Indonesia. Selain itu hendaknya peningkatan kualitas pendidikan
hendaknya selaras dengan kondisi masyarakat Indonesia saat ini. Tidak dapat
kita pungkiri bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang berada di bawah
garis kemiskinan. Dalam hal ini, untuk dapat menikmati pendidikan dengan
kualitas yang baik tadi tentu saja memerlukan biaya yang cukup besar. Tentu
saja hal ini menjadi salah satu penyebab globalisasi pendidikan belum dirasakan
oleh semua kalangan masyarakat. Hal tersebut hanya dapat dinikmati golongan
kelas atas yang mapan. Dengan kata lain yang maju semakin maju, dan golongan
yang terpinggirkan akan semakin terpinggirkan dan tenggelam dalam arus
globalisasi yang semakin kencang yang dapat menyeret mereka dalam jurang
kemiskinan. Masyarakat kelas atas menyekolahkan anaknya di sekolah – sekolah
mewah di saat masyarakat golongan ekonomi lemah harus bersusah payah bahkan
untuk sekedar menyekolahkan anak mereka di sekolah biasa. Ketimpangan ini dapat
memicu kecemburuan yang berpotensi menjadi konflik sosial. Peningkatan kualitas
pendidikan yang sudah tercapai akan sia-sia jika gejolak sosial dalam
masyarakat akibat ketimpangan karena kemiskinan dan ketidakadilan tidak diredam
dari sekarang.
Kalau arti Pendidikan, yaitu
pembelajaran pengetahuan,keterampilan,dan kebiasaan kelompok orang yang di
turunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui
pengajaran,pelatihan,atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah
bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak.
2.
RUMUSAN MASALAH
Secara umum, rumusan masalah pada
makalah “Dampak Globalisasi Terhadap Pendidikan” ini dapat dirumuskan seperti
pada pertanyaan berikut :
1.
Apa dampak dari
globalisasi untuk dunia pendidikan?
2.
Apa Penyebab buruknya
pendidikan di era globalisasi?
3.
Bagaimana cara
penyesuaian pendidikan di Indonesia pada era globalisasi?
4.
Mengapa Globalisasi
penting bagi pendidikan?
5.
Siapa yang bisa
menghadapi arus globalisasi dalam dunia pendidikan?
3.
TUJUAN
1.Bagi Penulis
Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh guru dalam ujian praktek
bahasa indonesia. Lalu, bagi saya pribadi makalah ini juga bisa digunakan
untuk menambah pengetahuan bagi pelajar, baik dalam belajar maupun kehidupan.
2.
Bagi Pembaca
Makalah
ini dimaksudkan untuk membahas dampak globalisasi terhadap dunia pendidikan dan
menambah ilmu pengetahuan mengenai globalisasi. Pembaca bisa juga
digunakan makalah ini untuk langkah menuju ke pengetahuan yang lebih luas,
sehingga kedepannya tercipta sumber daya manusia yang unggul.
3.Bagi
Masyarakat
Supaya
masyarakat bisa lebih memahami tentang arti penting globalisasi sehingga dampak
negatif yang sudah ada bisa lebih di tinggalkan. Dan juga diharapkan agar
realisasi kegiatan positif terhadap adanya pendidikan semakin lebih baik.
4.
MANFAAT
Supaya bisa memperluas kesempatan studi
ke luar negeri. Lalu, bisa juga menjadi pembanding untuk tenaga yang tidak
berkualitas yang akhirnya jadi pagar sekaligus semangat untuk lebih serius dan
berkembang.
Untuk memperluas wawasan, dan semakin
canggihnya ilmu pengetahuan. Selain itu, pikiran kita bisa menyesuaikan diri
dengan perkembangan zaman sekarang. Dan juga pikiran kita semakin berkembang
dari zaman ke zaman. Dan juga kita gak kalah terhadap pendidikan terhadap
Negara lain.
BAB 2
PEMBAHASAN
1.
PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP DUNIA PENDIDIKAN
Perkembangan dunia pendidikan di
Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh perkembangan globalisasi, di
mana ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat. Era pasar bebas juga
merupakan tantangan bagi dunia pendidikan Indonesia, karena terbuka peluang
lembaga pendidikan dan tenaga pendidik dari mancanegara masuk ke Indonesia.
Untuk menghadapi pasar global maka kebijakan pendidikan nasional harus dapat
meningkatkan mutu pendidikan, baik akademik maupun non-akademik, dan
memperbaiki manajemen pendidikan agar lebih produktif dan efisien serta
memberikan akses seluas-luasnya bagi masyarakat untuk mendapatkan pendidikan.
Ketidaksiapan bangsa kita dalam
mencetak SDM yang berkualitas dan bermoral yang dipersiapkan untuk terlibat dan
berkiprah dalam kancah globalisasi, menimbulkan dampak positif dan negatif dari
dari pengaruh globalisasi dalam pendidikan dijelaskan dalam poin-poin berikut:
1.
Dampak Positif
Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan Indonesia:
·
Pengajaran Interaktif
Multimedia
Kemajuan
teknologi akibat pesatnya arus globalisasi, merubah pola pengajaran pada dunia
pendidikan. Pengajaran yang bersifat klasikal berubah menjadi pengajaran yang
berbasis teknologi baru seperti internet dan computer. Apabila dulu, guru
menulis dengan sebatang kapur, sesekali membuat gambar sederhana atau
menggunakan suara-suara dan sarana sederhana lainnya untuk mengkomunikasikan
pengetahuan dan informasi. Sekarang sudah ada computer. Sehingga tulisan, film,
suara, music, gambar hidup, dapat digabungkan menjadi suatu proses komunikasi.
Dalam fenomena balon atau pegas, dapat terlihat bahwa daya itu dapat mengubah
bentuk sebuah objek. Dulu, ketika seorang guru berbicara tentang bagaimana daya
dapat mengubah bentuk sebuah objek tanpa bantuan multimedia, para siswa mungkin
tidak langsung menangkapnya. Sang guru tentu akan menjelaskan dengan
contoh-contoh, tetapi mendengar tak seefektif melihat. Levie dan Levie (1975)
dalam Arsyad (2005) yang membaca kembali hasil-hasil penelitian tentang belajar
melalui stimulus kata, visual dan verbal menyimpulkan bahwa stimulus visual
membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk tugas-tugas seperti mengingat,
mengenali, mengingat kembali, dan menghubung-hubungkan fakta dengan konsep.
·
Perubahan Corak
Pendidikan
Mulai
longgarnya kekuatan kontrol pendidikan oleh negara. Tuntutan untuk berkompetisi
dan tekanan institusi global, seperti IMF dan World Bank, mau atau tidak,
membuat dunia politik dan pembuat kebijakan harus berkompromi untuk melakukan
perubahan. Lahirnya UUD 1945 yang telah diamandemen, UU Sisdiknas, dan PP 19
tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) setidaknya telah membawa
perubahan paradigma pendidikan dari corak sentralistis menjadi desentralistis.
Sekolah-sekolah atau satuan pendidikan berhak mengatur kurikulumnya sendiri
yang dianggap sesuai dengan karakteristik sekolahnya. Kemudahan Dalam Mengakses
Informasi Dalam dunia pendidikan, teknologi hasil dari melambungnya globalisasi
seperti internet dapat membantu siswa untuk mengakses berbagai informasi dan
ilmu pengetahuan serta sharing riset antarsiswa terutama dengan mereka yang
berjuauhan tempat tinggalnya. Pembelajaran Berorientasikan Kepada Siswa Dulu,
kurikulum terutama didasarkan pada tingkat kemajuan sang guru. Tetapi sekarang,
kurikulum didasarkan pada tingkat kemajuan siswa. KBK yang dicanangkan
pemerintah tahun 2004 merupakan langkah awal pemerintah dalam mengikutsertakan
secara aktif siswa terhadap pelajaran di kelas yang kemudian disusul dengan
KTSP yang didasarkan pada tingkat satuan pendidikan. Di dalam kelas, siswa
dituntut untuk aktif dalam proses belajar-mengajar. Dulu, hanya guru yang
memegang otoritas kelas. Berpidato di depan kelas. Sedangkan siswa hanya
mendngarkan dan mencatat. Tetapi sekarang siswa berhak mengungkapkan ide-idenya
melalui presentasi. Disamping itu, siswa tidak hanya bisa menghafal tetapi juga
mampu menemukan konsep-konsep, dan fakta sendiri.
2.
Dampak Negatif
Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan Indonesia:
·
Komersialisasi
Pendidikan
Era
globalisasi mengancam kemurnian dalam pendidikan. Banyak didirikan
sekolah-sekolah dengan tujuan utama sebagai media bisnis. John Micklethwait
menggambarkan sebuah kisah tentang pesaingan bisnis yang mulai merambah dunia
pendidikan dalam bukunya “Masa Depan Sempurna” bahwa tibanya perusahaan
pendidikan menandai pendekatan kembali ke masa depan. Salah satu ciri utamanya
ialah semangat menguji murid ala Victoria yang bisa menyenangkan Mr. Gradgrind
dalam karya Dickens. Perusahaan-perusahaan ini harus membuktikan bahwa mereka
memberikan hasil, bukan hanya bagi murid, tapi juga pemegang saham.(John
Micklethwait, 2007:166).
·
Bahaya Dunia Maya
Dunia
maya selain sebagai sarana untuk mengakses informasi dengan mudah juga dapat memberikan
dampak negative bagi siswa. Terdapat pula, Aneka macam materi yang berpengaruh
negative bertebaran di internet. Misalnya: pornografi, kebencian, rasisme,
kejahatan, kekerasan, dan sejenisnya. Berita yang bersifat pelecehan seperti
pedafolia, dan pelecehan seksual pun mudah diakses oleh siapa pun, termasuk
siswa. Barang-barang seperti viagra, alkhol, narkoba banyak ditawarkan melalui
internet. Contohnya, 6 Oktober 2009 lalu diberitakan salah seorang siswi SMA di
Jawa Timur pergi meninggalkan sekolah demi menemui seorang lelaki yang dia
kenal melalui situs pertemanan “facebook”. Hal ini sangat berbahaya pada proses
belajar mengajar.
·
Ketergantungan
Mesin-mesin
penggerak globalisasi seperti computer dan internet dapat menyebabkan kecanduan
pada diri siswa ataupun guru. Sehingga guru ataupun siswa terkesan tak
bersemangat dalam proses belajar mengajar tanpa bantuan alat-alat tersebut.
2.
KEADAAN BURUK PENDIDIKAN DI INDONESIA
a.
Paradigma Pendidikan
Nasional yang Sekular-Materialistik
Diakui
atau tidak, sistem pendidikan yang berjalan di Indonesia saat ini adalah sistem
pendidikan yang sekular-materialstik. Hal ini dapat terlihat antara lain pada
UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 Bab VI tentang jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan bagian kesatu (umum) pasal 15 yang berbunyi : Jenis pendidikan
mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, advokasi, kagamaan, dan
khusus dari pasal ini tampak jelas adanya dikotomi pendidikan, yaitu pendidikan
agama dan pendidikan umum. Sistem pendidikan dikotomis semacam ini terbukti
telah gagal melahirkan manusia yang sholeh yang berkepribadian sekaligus mampu
menjawab tantangan perkembangan melalui penguasaan sains dan teknologi. Secara
kelembagaan,
Sekularisasi
pendidikan tampak pada pendidikan agama melalui madrasah, institusi agama, dan
pesantren yang dikelola oleh Departemen Agama; sementara pendidikan umum
melalui sekolah dasar, sekolah menengah, kejurusan serta perguruan tinggi umum
dikelola oleh Departemen Pendidikan Nasional. Terdapat kesan yang sangat kuat
bahwa pengembangan ilmu-ilmu kehidupan (iptek) dilakukan oleh Depdiknas dan
dipandang sebagai tidak berhubungan dengan agama. Pembentukan karakter siswa
yang merupakan bagian terpenting dari proses pendidikan justru kurang tergarap
secara serius. Agama ditempatkan sekadar salah satu aspek yang perannya sangat
minimal, bukan menjadi landasan seluruh aspek.
Pendidikan
yang sekular-materialistik ini memang bisa melahirkan orang yang menguasai
sains-teknologi melalui pendidikan umum yang diikutinya. Akan tetapi, pendidikan
semacam itu terbukti gagal membentuk kepribadian peserta didik dan penguasaan
ilmu agama. Banyak lulusan pendidikan umum yang ‘buta agama’ dan rapuh
kepribadiannya. Sebaliknya, mereka yang belajar di lingkungan pendidikan agama
memang menguasai ilmu agama dan kepribadiannya pun bagus, tetapi buta dari segi
sains dan teknologi. Sehingga, sektor-sektor modern diisi orang-orang awam.
Sedang yang mengerti agama membuat dunianya sendiri, karena tidak mampu terjun
ke sektor modern.
b.
Mahalnya Biaya
Pendidikan
Pendidikan
bermutu itu mahal, itulah kalimat yang sering terlontar di kalangan masyarakat.
Mereka menganggap begitu mahalnya biaya untuk mengenyam pendidikan yang
bermutu. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) sampai Perguruan
Tinggi membuat masyarakat miskin memiliki pilihan lain kecuali tidak
bersekolah. Makin mahalnya biaya pendidikan sekarang ini tidak lepas dari
kebijakan pemerintah yang menerapkan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah), dimana
di Indonesia dimaknai sebagai upaya untuk melakukan mobilisasi dana. Karena
itu, komite sekolah yang merupakan organ MBS selalu disyaratkan adanya unsur
pengusaha. Asumsinya, pengusaha memiliki akses atas modal yang lebih luas.
Hasilnya, setelah komite sekolah terbentuk, segala pungutan disodorkan kepada wali
murid sesuai keputusan komite sekolah. Namun dalam penggunaan dana, tidak
transparan. Karena komite sekolah adalah orang-orang dekat kepada sekolah.
Kondisi
ini akan lebih buruk dengan adanya RUU tentang Badan Hukum Pendidikan (RUU
BHP). Berubahnya status pendidikan dari milik publik ke bentuk Badan Hukum
jelas memiliki konsekuensi ekonomis dan politis amat besar. Dengan perubahan
status itu pemerintah secara mudah dapat melempar tanggung jawabnya atas
pendidikan warganya kepada pemilik badan hukum yang sosoknya tidak jelas.
Privatisasi atau semakin melemahnya peran negara dalam sektor pelayanan publik
tak lepas dari tekanan utang dan kebijakan untuk memastikan pembayaran utang.
Utang luar negeri Indonesia sebesar 35-40 persen dari APBN setiap tahunnya merupakan
faktor pendorong privatisasi pendidikan. Akibatnya, sector yang menyerap
pendanaan besar seperti pendidikan menjadi korban. Dana pendidikan terpotong
hingga tinggal 8 persen (Kompas, 10/5/2005).
Koordinator
LSM Education network foa Justice (ENJ), Yanti Mukhtar (Republika, 10/5/2005)
menilai bahwa dengan privatisasi pendidikan berarti Pemerintah telah
melegitimasi komersalialisasi pendidikan dengan menyerahkan tanggung jawab
penyelenggaraan pendidikan ke pasar. Dengan begitu, nantinya sekolah memiliki
otonomi untuk menentukan sendiri biaya penyelenggaraan pendidikan. Sekolah
tentu saja akan mematok biaya setinggi-tingginya untuk meningkatkan dan
mempertahankan mutu. Akibatnya, akses rakyat yang kurang mampu untuk menikmati
pendidikan berkualitas akan terbatasi dan masyarakat semakin terkotak-kotak
berdasarkan status sosial, antara kaya dan miskin.
Pendidikan
berkualitas memang tidak mungkin murah, tetapi persoalannya siapa yang
seharusnya membayarnya?. Kewajiban Pemerintahlah untuk menjamin setiap warganya
memperoleh pendidikan dan menjamin akses masyarakat bawah untuk mendapatkan
pendidikan bermutu. Akan tetapi, kenyataan Pemerintah justru ingin berkilah
dari tanggung jawab. Padahal keterbatasan dana tidak dapat dijadikan alasan
bagi Pemerintah untuk ‘cuci tangan’. Fandi achmad (Jawa Pos, 2/6/2007)
menjelaskan bahwa “mencermati konteks pendidikan dalam praktik seperti itu,
tujuan pendidikan menjadi bergeser. Awalnya, pendidikan adalah mencerdaskan
kehidupan bangsa dan tidak membeda-bedakan kelas sosial. Pendidikan adalah
untuk semua. Namun, pendidikan kemudian menjadi perdagangan bebas (free trade).
Tesis
akhirnya, bila sekolah selalu mengadakan drama tahun ajaran masuk sekolah
dengan bentuk pendidikan diskriminatif sedemikian itu, pendidikan justru tidak
bisa mencerdaskan bangsa. Ia diperalat untuk mengeruk habis uang rakyat demi
kepentingan pribadi maupun golongan.”
c.
Kualitas SDM yang
Rendah
Akibat
paradigma pendidikan nasional yang sekular-materialistik, kualitas kepribadian
anak didik di Indonesia semakin memprihatinkan. Dari sisi keahlian pun sangat
jauh jika dibandingkan dengan Negara lain. Jika dibandingkan dengan India,
sebuah Negara dengan segudang masalah (kemiskinan, kurang gizi, pendidikan yang
rendah), ternyata kualitas SDM Indonesia sangat jauh tertinggal. India dapat
menghasilkan kualitas SDM yang mencengangkan. Jika Indonesia masih
dibayang-bayangi pengusiran dan pemerkosaan tenaga kerja tak terdidik yang
dikirim ke luar negeri, banyak orang India mendapat posisi bergengsi di pasar
Internasional.
Di
samping kualitas SDM yang rendah juga disebabkan di beberapa daerah di
Indonesia masih kekurangan guru, dan ini perlu segera diantisipasi. Tabel 1.
berikut menjelaskan tentang kekurangan guru, untuk tingkat TK, SD, SMP dan SMU
maupun SMK untuk tahun 2004 dan 2005. Total kita masih membutuhkan sekitar
218.000 guru tambahan, dan ini menjadi tugas utama dari lembaga pendidikan
keguruan.
Dalam
menghadapi era globalisasi, kita tidak hanya membutuhkan sumber daya manusia
dengan latar belakang pendidikan formal yang baik, tetapi juga diperlukan
sumber daya manusia yang mempunyai latar belakang pendidikan non formal.
3.
PENYESUAIAN PENDIDIKAN INDONESIA DI ERA GLOBALISASI
Dari beberapa takaran dan ukuran dunia
pendidikan kita belum siap menghadapi globalisasi. Belum siap tidak berarti
bangsa kita akan hanyut begitu saja dalam arus global tersebut. Kita harus
menyadari bahwa Indonesia masih dalam masa transisi dan memiliki potensi yang
sangat besar untuk memainkan peran dalam globalisasi khususnya pada konteks
regional. Inilah salah satu tantangan dunia pendidikan kita yaitu menghasilkan
SDM yang kompetitif dan tangguh. Kedua, dunia pendidikan kita menghadapi banyak
kendala dan tantangan. Namun dari uraian di atas, kita optimis bahwa masih ada
peluang.
Ketiga, alternatif yang ditawarkan di
sini adalah penguatan fungsi keluarga dalam pendidikan anak dengan penekanan
pada pendidikan informal sebagai bagian dari pendidikan formal anak di sekolah.
Kesadaran yang tumbuh bahwa keluarga memainkan peranan yang sangat penting
dalam pendidikan anak akan membuat kita lebih hati-hati untuk tidak mudah
melemparkan kesalahan dunia pendidikan nasional kepada otoritas dan
sektor-sektor lain dalam masyarakat, karena mendidik itu ternyata tidak mudah
dan harus lintas sektoral. Semakin besar kuantitas individu dan keluarga yang
menyadari urgensi peranan keluarga ini, kemudian mereka membentuk jaringan yang
lebih luas untuk membangun sinergi, maka semakin cepat tumbuhnya kesadaran
kompetitif di tengah-tengah bangsa kita sehingga mampu bersaing di atas
gelombang globalisasi ini.
Yang dibutuhkan Indonesia sekarang ini
adalah visioning (pandangan), repositioning strategy (strategi) , dan
leadership (kepemimpinan). Tanpa itu semua, kita tidak akan pernah beranjak
dari transformasi yang terus berputar-putar. Dengan visi jelas, tahapan-tahapan
yang juga jelas, dan komitmen semua pihak serta kepemimpinan yang kuat untuk
mencapai itu, tahun 2020 bukan tidak mungkin Indonesia juga bisa bangkit
kembali menjadi bangsa yang lebih bermartabat dan jaya sebagai pemenang dalam
globalisasi.
4.
PENTINGNYA GLOBALISASI PADA PENDIDIKAN
Karena Globalisasi sangat erat kaitannya dengan pendidikan
yang didalamnya terdapat proses mempengaruhi dalam segala bidang terutama dalam
ranah pendidikan, yang berimbas pada nlai-nilai moral, sosial, budaya dan
kepribadian yang dapat berdampak positif dan negatif. Pendidikan tidak mungkin
menisbikan proses globalisasi yang akan mewujudkan masyarakat global ini. Dalam
menuju era globalisasi, Indonesia harus melakukan reformasi dalam proses
pendidikan, dengan tekanan menciptakan sistem pendidikan yang lebih
komperehensif dan fleksibel. Dan dalam merespon globalisasi, kita hendaknya
tidak terjebak ke dalam sikap-sikap ekstrem, mendukung dan menerimanya tanpa
reserve atau menolaknya mentah-mentah. Akan tetapi, hendaknya kita bisa
bersikap lebih kritis dan kreatif dengan melakukan penelaahan terhadap setiap
sisi dari globalisasi.
5. ELEMEN YANG BISA MENGHADAPI GLOBALISASI
PADA PENDIDIKAN
a.
Pendidik (Guru)
Guru
adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik dijalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Disamping
itu, di era global saat ini dituntut adanya fungsi dari keberadaan guru sebagai
tenaga professional, yang mampu meningkatkan martabat serta mampu melaksanakan
system pendidikan nasional dan mewujudkan pendidikn nasional, yaitu
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa.
Maka dari itu, masalah guru merupakan
topik yang tidak pernah habis dibahas dan selalu aktual seiring dengan
perubahan zaman dan pengaruh globalisasi dalam pendidikan, karena permasalahan
guru sendiri dan dunia pendiidkan yang menyangkutnya selalu diperbincangkan.
Pada dasarnya persoalan etika dan moral anak bangsa, bukan hanya permasalahan
guru namun jika yang dituju adalah moral peserta didik (siswa), maka tidak ada alasan untuk guru
dilibatkan. Guru sebagai pengajar dan pendidik, memang tidak hanya harus
membina para murid segi kognitif dan psikomotoriknya demi peningkatan nilai
angka. Akan tetapi, seorang guru sangat dituntut agar apa yang ia kerjakan
dipraktekan oleh para muridnya dalam kehidupan.
Guru
adalah orang yang bertanggung jawab atas peningkatan moral pelajar dan juga
kemerosotannya. Untuk itu tugas guru tidak terbatas pada pengajaran mata
pelajaran, tapi yang paling penting adalah pencetakan karakter murid. Tantangan
persoalan ini memang sangat sulit bagi seorang guru karena keterbatasan
kontrolling pada murid kerap membuatnya kecolongan.
Disamping itu, dalam menghadapi
era globalisasi guru dituntut meningkatkan profesionalitasnya sebagai pengajar
dan pendidik. Guru juga harus siap menghadapi kata kunci dunia pendidikan,
seperti: kompetisi, transparansi, efisiensi, dan
kualitas tinggi. Dengan demikian kualitas mutu
pendidikan harus sangat diperhatikan oleh para guru untuk menyelamatkan
profesinya.
Untuk itu dalam peningkatan kualitas
pengajaran, guru harus bisa mengembangun tiga
intelegensi dasar siswa. Yaitu: intelektual, emosional, dan moral. Tiga
unsur itu harus ditanamkan pada diri murid sekuat-kuatnya agar terpatri dalam
dirinya. Kemudian system pembelajaran yang kreatif dan inovatif juga menjadi
penting bagi guru, sehingga dapat megembangkan seluruh potensi diri siswa, dan
memunculkan keinginan bagi siswa untuk maju yang diikuti ketertarikan untuk
menemukan hal-hal baru pada bidang yang diminati melalui belajr mandiri (self study) yang kuat. Dengan perkembangan bidang
teknologi informasi semakin mendorong dalam kemajuan bidang ilmu pengetahuan,
sehingga dunia pendidikan harus memiliki kemampuan untuk memanfaatkan
semaksimal mungkin.
b.
Peserta Didik (Siswa)
Selain
tugas utama seorang siswa yaitu belajar, seorang siswa juga harus mampu memilah
dan memilih segala pengaruh yang masuk dalam dirinya, baik itu pengaruh dari
teman sebayanya, lingkungannya, maupun media masa. Dampak dari pengaruh
globalisasi terhadap siswa akan sangat mungkin berdampak negativ dan
menghancurkan dirinya jika tidak segera ditanggulangi.
Baik
pengaruh positif maupun negatif dari globalisasi akan sangat terlihat jelas
bagi siswa dalam perilaku dan tingkah lakunya sehari-hari. Hal itu dikarenakan
mereka masih dalam masa-masa labil, dan masa-masa dimana selalu ingin mencoba
sesuatu hal yang dianggap baru. Hal ini yang perlu diperhatikan bagi
orang-rang dewasa yang ada disekitarnya.
Akses
internet yang terbuka seluas-luasnya akan berdampak buruk bagi siswa jika
digunakan untuk mengakses video porno, maupun gambar-gambar lainnya yang tidak
sepantasnya mereka akses. Namun akan sangat baik jika akses interet digunakan
oleh mereka untuk mencari informasi dan pengetahuan sebanyak-banyaknya karena
dunia ini akan terasa sempit melaui dunia maya.
Dua
hal yang saling kontradiktif namun sangat dekat sekali, sehingga tidak jarang
yang menyalahgunkan dalam pemanfaatan kemajuan teknologi bagi siswa. Maka dari
itu tiga unsur dasar bagi siswa, yaitu intelektual, emosional, dan moral sangat
penting untuk mereka miliki.
Intelektual
murid harus luas, agar ia bisa menghadapi arus globalisasi dan tidak
ketinggalan zaman, apalagi sampai terbawa arus. Selain itu, dimensi emosional
dan spiritual siswa juga harus terdidik dengn baik, agar bisa melahirkan perilaku
yang baik dan bisa bertahan diantara pengaruh demoralisasi di era globalisasi dengan prinsip
spiritualnya.
c.
Orang Tua
Orang
tua atau keluarga dianggap sebagai pendidikan pertama bagi anak sebelum
mereka dikenalkan dengan dunia luar. Pengaruh keluarga juga sangat besar dalam
pertumbuhan seorang anak, karena disamping mempunyai kedekatan secara
emosional, mereka juga mempunyai tingkat kebersamaan yang lebih karena tinggal
dalam satu atap atau satu rumah.
Peran
orang tua untuk mencari tau segala kegiatan yang dilakukan oleh anak-anaknya
sangat penting, dimana jika keluarga sedikit mengbaikan itu maka akan berdampak
pada kepribadian dan perilaku anak-anaknya yang tidak terkontrol. Orang tua
terkadang memberikan sepenuhnya kepada sekolah dalam mendidik dan mengembangkan
potensi anak, padahal tidak sampai disitu saja karena kontrol dari sekolah
terbatas hanya dalam jam pelajaran sekolah.
Mencari
tahu segala kegiatan anak tidak harus dengan mengikutinya setiap detik dan
setiap waktu. Namun bisa dilakukan dengan banyak hal dan cara, seperti dengan
memberikan perhatian, menanyakan dengan siapa teman bermain, menanyakan keadaan
anak kepada guru-guru nya di sekolah, dan lain sebagainya. Hal seperti ini
sangat mudah dilakukan, namun terkadang orang tua sibuk dengan kegiatannya
masing-masing bahan tidak mau tahu sehingga anak seringkali terabaikan.
BAB 3
PENUTUP
1.
KESIMPULAN
Demikianlah yang
dapat saya sampaikan mengenai materi yang
telah menjadi bahasan dalam makalah ini.
Tentu juga makalah ini banyak kesalahan karena
terbatasnya pengetahuan saya (penulis) serta rujukan atau
referensi yang saya(penulis) peroleh. Saya berharap kritik dan
saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah
ini. Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca.
2. SARAN
Penulis memberikan saran yang ditujukan
untuk:
1. Masyarakat agar para
orang tua memperhatikan kepentingan anaknya dalam hal pendidikan sehingga
pendidikan berjalan dengan lancar.
2. Pemerintah harus
menganggarkan dana yang cukup untuk keperluan pendidikan dan menambah beasiswa
bagi guru untuk training
KATA
PENGANTAR
Syukur
Alhamdulillah merupakan satu kata yang pantas diucapkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa yang karena Bimbingan – Nya maka saya dapat menyelesaikan sebuah karya
tulis ilmiah dengan judul “Dampak Globalisasi Terhadap Pendidikan”
Makalah ini dibuat
dengan berbagai observasi dalam jangka waktu tertentu sehingga menghasilkan
sebuah karya tulis ilmiah yang dapat di pertanggung jawabkan hasilnya. Saya
ucapkan terima kasih kepada pihak terkait yang telah membantu kami dalam
menghadapi berbagai tantangan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
Saya menyadari bahwa masih banyak
kekurangan yang mendasar dalam makalah ini. Oleh karena itu kritik dan sarn
dari pembaca yang bersifat membangun sangat saya harapkan
Terima kasih dan Semoga Makalah ini
dapat memberikan sumbangan positif bagi kita semua.
_______,
November 2017
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman
Judul…………………………………………………………………………….
Kata
Pengantar…………………..…………………………………………………………
Daftar
isi ………………….…....…………………………………………………………
Bab
1
Pendahuluan……………….………………………………………………………………
1.
Latar Belakang……………….....………………………………………………………
2.
Rumusan Masalah……………………..……..…………………………………………
3.
Tujuan…………….………………….………………………………………………….
4.
Manfaat……….……………………...………………………………………………….
Bab
2
Pembahasan…………….................………………………………………………………
1.
Pengaruh globalisasi terhadap
pendidikan……………………….........………………..
2.
Keadaan buruk pendidikan di Indonesia……………………………..………………...
3.
Penyesuaian Pendidikan Indonesia di Era
Globalisasi..………………………………
4.
Pentingnya Globalisasi Pada
Pendidikan…………………………….………………..
5.
Elemen Yang Bisa Menghadapi Globalisasi
Pada Pendidikan……………….......……
Bab
3
Penutup………………………………………………………………………..………….
1.
Kesimpulan…..……………………………………………………...…………………
2.
Saran……………………………………………………………….......………………
Daftar
Pustaka……………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
(https://anggaradian.wordpress.com/2011/12/30/pengaruh-globalisasi-terhadap-pendidikan-di-indonesia/)
(www.seocontoh.com/2014/03/contoh-karya-ilmiah-tentang-pendidikan.html)
(http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan)
No comments:
Post a Comment